Amerika Serikat, Psikologi Zone
– Kadang-kadang kita bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya
normal?” Saya selalu berulang-ulang mencuci tangan dengan sabun,
walaupun terlihat tidak kotor. Nampaknya saya memiliki apa yang disebut
Obsesif-Compulsive Disorder. Dari waktu ke waktu, Anda mungkin
bertanya-tanya, apakah saat ini saya “normal”.
“Standar normal atau abnormal tergantung pada masyarakat dimana kita
hidup, apakah perilaku tersebut dapat dianggap normal atau abnormal oleh
masyarakat,” kata Jennie S. Bev, yang saat ini mengejar gelar Doctor of
Psychology di Southern California University, Sabtu (7/4).
Ia menambahkan, dalam budaya Jepang, kehormatan pribadi adalah
sesuatu yang serius. Bila kehormatan mereka ternodai oleh diri mereka
sendiri, maka bunuh diri layak dilakukan. Berbeda dengan Amerika
Serikat, pikiran yang terlintas pertama kali ketika orang bunuh diri
adalah depresi klinis.
“Budaya menentukan apakah perilaku seseorang disebut normal atau abnormal. Kata yang mungkin bisa diterima pada perilaku aneh adalah eksentrik. Seorang seniman yang melukis dengan air ludah sendiri, dapat dianggap eksentrik bukan abnormal,” tuturnya yang juga lahir di Jakarta.
Ia mengatakan, “secara umum, empat prasyarat sebuah perilaku bisa disebut abnormal yaitu ketika ada penyimpangan, penderitaan, disfungsi, dan bahaya.”
Jennie menjelaskan lebih lanjut, penyimpangan perilaku dari norma-norma umum di masyarakat bisa dianggap abnormal. Seseorang bisa saja mengalami gangguan kepribadian disosiatif, namun di budaya tertentu ia dianggap kerasukan.
Penderitaan yang dialami oleh individu dan orang disekitarnya menjadi tolak ukur abnomal berikutnya. Misalnya, seseorang bersedia bersepeda ke 100 negara di dunia, selama apa yang dilakukan oleh individu tidak membuat tekanan atau penderitaan pada dirinya dan orang lain, maka itu bisa disebut eksentrik bukan abnormal.
Bentuk abnormal lainnya adalah disfungsi, apakah perilaku tersebut menyebabkan disfungsi dalam kegiatan sehari-hari. Berduka atas kematian saudara, kekasih, atau orang tua bisa berangsur membaik, namun bila sampai membuat individu menarik diri dari lingkungan dan kehidupan sehari-hari, maka bisa disebut abnormal yaitu mengalami gangguan depresi.
Setiap kali seseorang melakukan tindakan berbahaya pada dirinya atau orang lain, maka itu bisa disebut abnormal. Variabel ini tidak berlaku untuk semua kasus, misalnya pada kasus patologi psikologis tidak semua mengakibatkan bunuh diri atau pembunuhan. Walaupun begitu, tindakan membunuh atau merugikan seseorang jelas tidak bisa diabaikan.
“Dengan memahami apa yang disebut abnormal, kita seharusnya bisa mengamati diri kita sendiri dan orang lain untuk hidup lebih baik,” tutup penulis buku Success with Positive Psychology ini. (pc/ba).
“Budaya menentukan apakah perilaku seseorang disebut normal atau abnormal. Kata yang mungkin bisa diterima pada perilaku aneh adalah eksentrik. Seorang seniman yang melukis dengan air ludah sendiri, dapat dianggap eksentrik bukan abnormal,” tuturnya yang juga lahir di Jakarta.
Ia mengatakan, “secara umum, empat prasyarat sebuah perilaku bisa disebut abnormal yaitu ketika ada penyimpangan, penderitaan, disfungsi, dan bahaya.”
Jennie menjelaskan lebih lanjut, penyimpangan perilaku dari norma-norma umum di masyarakat bisa dianggap abnormal. Seseorang bisa saja mengalami gangguan kepribadian disosiatif, namun di budaya tertentu ia dianggap kerasukan.
Penderitaan yang dialami oleh individu dan orang disekitarnya menjadi tolak ukur abnomal berikutnya. Misalnya, seseorang bersedia bersepeda ke 100 negara di dunia, selama apa yang dilakukan oleh individu tidak membuat tekanan atau penderitaan pada dirinya dan orang lain, maka itu bisa disebut eksentrik bukan abnormal.
Bentuk abnormal lainnya adalah disfungsi, apakah perilaku tersebut menyebabkan disfungsi dalam kegiatan sehari-hari. Berduka atas kematian saudara, kekasih, atau orang tua bisa berangsur membaik, namun bila sampai membuat individu menarik diri dari lingkungan dan kehidupan sehari-hari, maka bisa disebut abnormal yaitu mengalami gangguan depresi.
Setiap kali seseorang melakukan tindakan berbahaya pada dirinya atau orang lain, maka itu bisa disebut abnormal. Variabel ini tidak berlaku untuk semua kasus, misalnya pada kasus patologi psikologis tidak semua mengakibatkan bunuh diri atau pembunuhan. Walaupun begitu, tindakan membunuh atau merugikan seseorang jelas tidak bisa diabaikan.
“Dengan memahami apa yang disebut abnormal, kita seharusnya bisa mengamati diri kita sendiri dan orang lain untuk hidup lebih baik,” tutup penulis buku Success with Positive Psychology ini. (pc/ba).
sumber : http://www.psikologizone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar